Melihat
bentuk nya tipis dan bobot yang nyaris tidak berarti , kita dengan segera akan
dibuatkan jatuh hati pada pandangan pertama. Setidaknya begitulah harapan
setiap penggunaan laptop yang selama ini merasa terbebani pundaknya dengan
laptop yang terpaksa harus dibawa kemana-mana karena kebutuhan.
Berangkat
dari gagasan raksasa pembuat prosesor intel untuk menciptakan laptop bertenaga
tetapi ringan ,sejak setahun lalu tampaknya banyak menarik simpati calon pengguna. Dan,tahun ini rupanya telah menjadi
awal bagi kiprah ultrabook. Kemunculan nya sekaligus meramaikan pasar gaman
elektronis (gadget) yang sekarang
masih didominasi ponsel pintar (smartphone)
dan sabak-e (tablet).
Para
vendor computer juga tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini, termasuk di antara
nya samsung yang selama ini lebih banyak dikenal sebagai pembuat ponsel pintar
dan sabak-e. untuk berkiprah di ranah laptop, raksasa korea selatan ini juga
harus menghadapi perusahaan computer kondang lain, seperti
Acer,Asus,HP,Toshiba,Lenovo,Dell,Sony, dan Fujitsu yang sudah malang melintang
dalam membuat laptop.
Namun
demikian, sukses Samsung dengan sabak-e Galaxy Tab yang bersaing dengan iPad
dan keahliannya dalam membuat perangkat elektronik telah memberi kepercayaan
diri yang besar untuk mampu bersaing dengan pemain-pemain lama. Bahkan sampai
juni, setelah mengeluarkan dua ultrabook untuk kelas premium, baru saja Samsung
mengeluarkan ultrabook Samsung series 9 setelah tiga bulan sebelum
memperkenalkan series 5.
Pada
prinsipnya, laptop ringan dirancang dengan mengurangi ketebalan mejadi kurang
dari 21 mm, dan biasanya bobot juga tidak lebih dari 1,5 kg tanpa
mempermasalahkan kinerja dan daya tahan baterai. Untuk bisa membuat baterai
awet digunakan prosesor berdaya rendah khusus buatan intel. Produsen prosesor
pesaing ,AMD, sesungguhnya juga mengeluarkan produk serupa. Selain itu,laptop
ringan bisa mengadopsi fitur yang ada pada sabak-e, seperti kapasitas layar
sentuh dan baterai yang tahan lama.
Belum
terlihat bagaimana dampak munculnya ultrabook, termasuk pengaruhnya terhadap
net-book yang semula kemunculannya diharapkan menjadi perangkat laptop mungil
dengan mobilitas tinggi. Bagaimanapun , munculnya sabak-e yang dipopulerkan
oleh Apple dengan nama iPad telah memengaruhi pasar netbook.
Apalagi
ditambah membanjirinya sabak-e di luar produk Apple yang mempergunakan system
operasi android dari google. Semua itu membuat optimism netbook melemah.
Intel
sepertinya ingin menghadapi popularitas iPad yang berbasis prosesor ARM dengan
menggagas ultrabook. Sehingga, tidak mengherankan apabila kiprah ultrabook yang
harga nya diharapkan tidak lebih dari 1.000 dollar AS ini mendapat reaksi keras
dari Apple yang memproduksi MacBook Air, notebook tipis yang memiliki
spesifikasi teknis serupa dan juga menggunakan prosesor intel. Produsen laptop
tipis ini bereaksi dengan memangkas harga MacBook Air yang baru, dan
meningkatkan kecepatan prosesor.
Melihat
kompetisi yang kuat ini sangat mungkin akan semakin menguatkan posisi laptop tipis, meskipun untuk saat ini
belum sepenuhnya bisa menggantikan laptop dengan tenaga yang besar. Terutama ,
itu disebabkan batasan penggunaan prosesor yang memang belum bisa menggantikan
computer untuk kebutuhan pekerjaan yang berat, sedangkan untuk aktivitas
bergerak laptop tipis yang umum digunakan saat ini jelas sedah bisa memenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar